Skip to main content

Dakwah Komunitas, Kesempatan Langka


Kali ini mau nulis sederhana, tapi serius nih, dimulai dengan bismilah dan janji Allah, “Bumi ini tidak akan pernah sepi dari para pendakwah”, sudah sebuah kepastian, berkontribusi atau tidaknya kita, pasti tetap akan ada orang yang berdakwah di Bumi ini. Teruntuk para aktivis dakwah di seluruh dunia, dimanapun berada, di organisasi, komunitas, lapisan masyarakat manapun, insyaallah kita akan selalu bertemu, baik di dalam hati, do'a maupun aktivitas-aktivitas yang kita kerjakan. Semoga kita dapat bertahan hingga bermuara di Surga nantinya, Allahumma amiin..

Setelah mengalami banyak hal seminggu terakhir, ada baiknya menuangkan pikiran pada keyboard kecil ini. Terkait dengan Dakwah Komunitas yang tentunya berbeda dengan dawak kampus, mendengar kata "komunitas", ada yang terbayang kompak, solid, rame, asyik, atau bahkan mungkin ada yang berpikir hura-hura, rasis, gak penting, dan lain-lain.

Masing-masing komunitas berbeda pula cara dakwahnya, adalah kewajiban kita untuk mendakwahkan semua, dan seni berdakwa ini harus selalu kita gali dan mainkan, tidak ada yang baku disini karna setiap komunitas memiliki cara pendekatan yang berbeda. Komunitas smartphone android tentu berbeda dengan komunitas mobil, komunitas motor tentu berbeda dengan komunitas sepeda, komunitas orang-orang seni tentu berbeda dengan komunitas olahraga juga berbeda dengan komunitas beladiri, komunitas fashion hijab juga tentu berbeda dengan komunitas hijaber yang sesungguhnya, komunitas orang-orang perkotaan tentu juga beda dengan komunitas orang pedesaan, komunitas mahasiswa dengan komunitas preman jalanan? Tentu berbeda, apalagi mahasiswa yang intelek plus kritis dan tidak mudah menerima sesuatu yang baru. Boleh jadi satu metode pendekatan cocok dengan suatu komunitas tapi di sisi lain tidak pas dengan komunitas lainnya.

Yang namanya dakwah, sudah sunnatullah, pasti ada penentangnya, pasti akan ada benturan-benturannya. Ketika kita menyandang beban sebagai aktivis dakwah, dan menjadi pengusung dakwah pada suatu komunitas, apapun komunitasnya, maka adalah sebuah keniscayaan bahwa kita akan berhadapan dengan halang rintang, duri, lumpur, perbedaan pendapat meski sesama pendakwah dan hal-hal lain yang menjadi beban pikiran, mari kita husnuzhan dan saling support terhadap aktivis di komunitas manapun. Diawal mungkin sedikit terbentur, ditengah tersandung, dan siap tidak siap pada waktunya kita akan melawan arus utama dalam suatu komunitas, pada waktunya kita harus menunjukkan prinsip-prinsip yang sebenarnya, disinilah klimaksnya apakah kita akan hanyut? Na'udzubillah, atau kita mampu mengubah arus tersebut, yang insyaallah akhirnya akan menjadi arus yang damai, sejuk, atau angin yang sepoi atau menjadi tanaman yang berbuah manis, lembut dan enak.

Disuatu pelatihan dakwah media, seorang pemateri mengatakan, bahwa didalam meretas dakwah media sosial atau komunitas, kita perlu perlu mengembangkan integritas, ini dimainkan sesuai dengan komunitas yang kita geluti. Kita juga harus memiliki softskill yang bisa kita bagi, atau ilmu yang dibutuhkan oleh komunitas tersebut, dan perlu juga memperkokoh konsistensi. Di dalam grup komunitas smartphone misalnya, kita membangun integritas diri sebagai orang yang gaul karena kebanyakan isinya emang orang gaul, muda, hitech dan kekinian. Tentu kita harus punya softskill yang bermanfaat bagi komunitas tersebut, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di grup, memecahkan permasalahan-permasalahan yang dilontarkan member lainnya. Dan yang terpenting kita konsisten dengan apa yang sudah kita mulai. Dengan tiga bekal tersebut insyaallah kita tidak akan sulit menyampaikan dakwah.

Berbeda lagi dengan komunitas lainnya, bangun profil kita, kita harus tampil sebagai apa? Sebagai pelawakkah? Sebagai ? Sebagai anak gaul? Atau yang paling mudah sebagai diri pribadi kita. Yang terpenting nih, yang pertama sekali perlu kita perjuangkan adalah akseptabilitas kita di dalam komunitas. Betul! Penerimaan orang-orang terhadap kita, apa upaya kita? Tentu mendekati, merangkul dan akhirnya membuat orang percaya dengan dakwah ini. Baru-baru ini seorang trainer mengatakan "Ambil hatinya dari bawah, lalu masukkan ke hati kita". Nah, kalau hati mereka sudah masuk ke hati kita alias kita mampu memahami sebuah komunitas, maka dengan mudah kita mengubah arusnya. Apabila kita mengambil hatinya dari atas alias tiba-tiba saja kita memaksanya kepada dakwah ini, malah sebaliknya, cara kita yang salah alih-alih membuat mereka akan lari dan alergi dengan dakwah ini.

Seiring dengan semua usaha tersebut, jangan lupa terhadap hak-hak Allah dan hak-hak pribadi kita, ibadah, akhlak, jangan sampai kebablasan, selalu bangun komunikasi kita dengan Rabb agar kita semakin dekat denganNya. Sehingga Allah juga akan terus mempermudah usaha-usaha kita, walau ujian dariNya tetap ada untuk menaikkan "level" kita, semua untuk kebaikan kita. Sungguh, faktor inilah yang paling menentukan, semuanya percuma apabila tidak diniatkan untuk agama dan ridhoNya.

Sayyid Qutb rahimahullah: “Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kkecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk ummatnya, iia akan hidup mulia dan besar dan tidak akan pernah mati”

Diakhiri juga dengan janji Allah, Bumi ini tidak akan pernah sepi dari para pendakwah, sebuah kepastian, berkontribusi atau tidaknya kita, pasti tetap akan ada orang yang berdakwah di Bumi ini. Teruntuk para aktivis dakwah di seluruh dunia, dimanapun berada, di organisasi, komunitas, lapisan masyarakat manapun, insyaallah kita akan selalu bertemu, baik di dalam hati, do'a maupun aktivitas-aktivitas yang kita kerjakan. Semoga kita dapat bertahan hingga bermuara di Surga nantinya, Allahumma amiin..
Allahu a’lam, semoga bermanfaat terkhusus diri pribadi.

Comments

  1. iya dakwah harus menjadi prioritas

    ReplyDelete
  2. Ya, dengan dakwah komunitas kebaikan yang bisa kita raih semakin luas dan efektif

    ReplyDelete

Post a Comment

Klik identitas Name/URL untuk comment, bila tdk ada akun google

Popular posts from this blog

Cerdas di Atas Kertas, Orientasi Pendidikan Islam di Era 4.0

           Era disrupsi selalu mengagetkan kita dengan realitas-realitas tak terduga yang terus bermunculan di tiap sektor kehidupan, siapa "kita" yang terkaget-kaget itu? Yang kaget dengan hal-hal baru pada zaman ini hanyalah kelompok generasi Y (milenial) ke atas, generasi Z tidak akan begitu kaget sebab mereka turut berkontribusi atas perubahan zaman, bahkan merekalah yang saat ini sedang membanjiri pasar industri. Terlebih gen alpha yang lahir dari rahim generasi milenial, mereka adalah penduduk digital yang asli di Bumi ini. Usia mereka 13 tahun kebawah dan merupakan generasi yang paling akrab dengan perkembangan teknologi, mungkin mereka tidak merasakan adanya hal yang baru.          Apa hal dan realitas baru yang dimaksud? Mulai dari sektor industri yang dijadikan istilah dalam perubahan tatanan kehidupan kita, yaitu revolusi industri 4.0 yang sudah dimulai sejak abad 20. Makin kesini makin kesana, kita ambil contoh sektor transportasi yang dirasakan mayoritas pendudu

“Ahmad nggak akan bisa bahasa inggris ummi”

Bismillah, mumpung banyak duduk-duduk di tempat KP, apalagi bisa online buka laptop yang biasanya Cuma dengan handphone, lebih baik menulis. Karna saya lebih suka menulis pengalaman pribadi, sebab yang tahu betul tentang kejadian, perkara dan pengalaman yang dialami seseorang tentu pelakunya, soal hikmah semua bisa memetik. Insyaallah bertekad membuat minimal tiga tulisan dalam waktu dekat, pengalaman belajar bahasa inggris, bahasa arab yang tidak begitu panjang dan pengalaman menghafal Quran yang sebenarnya juga hutang pribadi. Berikut tentang Aku dan Bahasa Inggris J  _________________________________________________________________________________  “Ahmad nggak akan bisa bahasa inggris ummi..”                               Setelah pindah dari Padang ke Jambi, aku memulai pendidikan jenjang TK dan sekolah dasar di Jambi. Ini adalah cerita singkat tentang hubunganku dengan bahasa inggris. Jujur, Ummi dan Abi ku bukan orang yang sering berinteraksi dengan bahasa ingg

Kejauhan itu Membuat Hati Semakin Rindu – Tarbiyah dari Allah

Tanpa kita sadari, setiap perjalanan hidup manusia beserta sejarahnya adalah tarbiyah dari Allah SWT, tergantung diri kita, apakah mampu mengambil pelajaran serta hikmahnya. Sedikit dari manusia yang bisa mengambilnya, Allahummaj ‘alnaa minal qoliil.. Lebih dari 1 abad yang lalu, imam syahid Hasan al Banna dalam usia 22 tahun mampu mendirikan organisasi yang ditakuti dunia, negara-negara besar mempertimbangkan kehadiran organisasi ini, musuh-musuh dakwah terlalu lamban dalam menghancurkan organisasi ini dengan menculik dan membunuh para pimpinannya, ketakutan mereka membutakan makar yang mereka susun sendiri, sebab organisasi ini sudah terlanjur memiliki anggota yang ikhlas dan rela mengorbankan harta serta jiwanya, sehingga ideologinya sudah sangat dalam menghujam tanah, nilai-nilai islam dan jiwa da’i dalam menyebarkannya sudah menjadi darah daging yang menyatu dengan jasad mereka., ia memiliki pondasi yang sangat kuat, ketika ia dibabat habis, tumbuhlah kembali manusia-manus