Skip to main content

Aku Telah Menghafal al-Quran

-->
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu...
Alhamdulillah, apa kabar sahabat..? sudah sangat lama ana ingin menulis lagi, dan sungguh sangat banyak ingin berbagi seputar Ramadhan kemarin. Namun apa lah daya.. Waktu tak mengizinkan.. Ana sungguh ingin maksimal beribadah dan harus lebih baik dari Ramadhan sebelumnya, juga tak ingin berlama-lama di depan monitor.. mendingan tilawah.. ^.^v Dan insyaallah, Ramadhan kemarin tidaklah mengecewakan. Semoga tahun depan bisa lebih maksimal lagi.. ameen..
Lagi-lagi ana sungguh bersyukur, alhamdulillah.. semangat untuk menghafal Quran sejak lulus dari perguruan tercinta masih berapi-api sampai sekarang , bahkan kini semakin menggebu-gebu setelah adik ana sendiri sudah menyusul hafalan ana sampai hafal semua, Adek yang satu ini emang sesuatu kalau bersaing dengan abangnya. Setelah ana menulis “Preman” Hafal Quran, kembali ana ingin berbagi kisah para huffaz yang sukses menghafal Quran, namun kali ini ana tidak mengenal orangnya. Ana baca dari buku Sebulan Hafal Quran, terjemahan dari Kaifa Tahfazhul Qur’anal Karim fi Syahr. Jujur, sebenarnya ana kurang tertarik membaca buku-buku seperti ini, Cara Cepat Hafal Quran, Metode Hafal Quran, dan lain-lain sejenisnya.. Karena metode menghafal Quran setiap orang biasanya berbeda-beda. Sehingga bila seseorang terlalu mengikuti petunjuk buku tertentu, padahal kemampuannya adalah dengan metode lain, hal ini justru akan memperlambatnya dalam menghafal. Mengapa? Karena sesungguhnya "metode menghafal" itu akan ditemukan sendiri disaat seseorang memutuskan dan bertekad untuk menghafal Quran, maka ia akan memulai dengan metode tertentu, setelah berjalan beberapa minggu mungkin saja sudah nyaman dengan metode menghafal yang ia jalani, atau mungkin tidak merasa nyaman dengan metode tersebut. Maka ia akan mempelajari metodenya itu bagaimana agar bisa membuatnya nyaman dan menghafal lebih cepat lagi. Sama halnya seperti ber-experiment, "metode menghafal" itu kita sendirilah yang menciptakan metode kita, kita sendiri lah yang menemukan cara terbaik untuk kita, karena umumnya tiap orang berbeda-beda. Lalu katakan, "ini gaya ku, apa gayamu?" #Lhoo.. ^^
 Namun, suatu hari seorang teman yang juga termotivasi dalam menghafal Quran, sebut saja namanya Micko (emang namanya kok ^^) meng-sms kan kisah singkat dari kisah yang akan ana tulis kali ini.. sms yang cukup panjang (6 sms). Sms tersebut membuat ana semakin rindu untuk meraih cita-cita mulia ini, menjadi seorang Hafidzhul Quran, Ahlullah (keluarga Allah).. Waaah.. ga sabar..
Setelah ana bertanya darimana beliau mendapatkan kisah itu, beliau langsung meminjamkan buku Sebulan Hafal Quran ini.. ternyata di dalamnya terdapat kisah-kisah menarik para penghafal Quran.. Ana ingin sekali banyak orang yang termotivasi untuk menghafal kalimat-Nya. Ustadz Irsyad pernah menerangkan pahala-pahala dan kemuliaan orang yang hafal Quran. Salah satunya ialah, kita akan menyematkan mahkota kehormatan kepada kedua orang tua kita di surga-Nya, jangan bayangkan mahkota yang biasa dipakai raja-raja di dunia.. yang satu ini mahhkota murni dari surga lho.. tak satupun manusia yang bisa membayangkannya. Namun bagi orang yang sudah berkeluarga, pertanyaannya adalah, “Kamu mau mendapatkan mahkota kehormatan dari anakmu, atau ingin menyematkan mahkota itu kepada orang tuamu.” Kalau ana sudah berkeluarga, pasti ana inging kedua-duanya,, he he.. Abi, Ummi, tunggu mahkota dari ahmad ya..
Insyaallah pada kesempatan lain, ana akan berbagi pengalaman ana pribadi dan beberapa teman yang lain dalam menempuh perjalanan hafalan ini.. Semoga bermanfaat.. Banyak orang yang menyangka kalau sudah dewasa, daya ingatnya untuk menghafal sudah berkurang.. Namun al-Quran itu adalah mukjizat yang diturunkan berbahsa arab agar umat manusia mudah mempelajarinya.. bukan hanya umat yang negrinya berbahasa arab..
Berikut kisahnya seorang ummahat penghafal Quran..
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Aku Telah Menghafal Quran
Ummu Zayid
Aku telah khatam menghafal al-Quran, segala puji bagi Allah sebagaaimana yang pantas disandang keagungan wajah-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Inilah pengalamanku, aku persembahkan kepada kalian.
Bismillahirrahmanirrahim
Inilah saat-saat indah yang berlalu dengan segala kenangannya, inilah impian yang telah terwujud. Masih hangat dalam memoriku saat-saat dimana tujuanku dalam hidup ini adalah menghafal surat al Baqarah dan ali ‘Imran. Demi Allah, mungkin kalian tidak akan percaya bahwa aku sama sekali tidak pernah bermimpi bisa menghafal al-Quran seluruhnya. Walaupun sekedar mimpi, aku tak berani melakukannya. Sebab, aku menganggap ini adalah sesuatu yang impossible diwujudkan dan sangat sulit sekali. Aku pun terus menjalani hidup dengan satu target yang aku yakini sebagai prestasi besar bila terealisasi. Yakni, menghafal surat al Baqarah dan ali ‘Imran. Aku menganggap kedua surat ini adalah yang paling sulit di antara surat-surat lain di dalam al-Quran dan akan membutuhkan waktu lama untuk menghafalnya. Maha suci Allah, memang kenyataannya cukup lama aku menghafal kedua surat ini, dimana aku baru berhasil menghafal keduanya selama 7 tahun.
                Di bulan Ramadhan tahun ini, suamiku mengejutkanku melalui ungkapannya bahwa ia akan i’tikaf selama 15 hari terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Haram. Tentunya
Anda semua mengerti, betapa besar kegelisahan yang menghantuiku. Sebab, aku akan tinggal seorang diri bersama 4 orang putraku. Sementara kami tinggal di satu daerah yang jauh dari keluarga dan tetangga.. Di daerah ini, semua orang memilih mengurung diri di rumahnya. Sebenarnya aku gembira suamiku akan melakukan i’tikaf, namun apa yang akan terjadi padaku dalam kesendirian ini. Akhirnya tibalah waktu itu, dan suamiku pun berangkat. Demi Allah, aku merasakan pahitnya kesepian dengan segenap maknanya. Aku tengadahkan kedua tanganku pada Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, aku ucapkan do’a orang yang tengah kesusahan sementara air mata membanjiri kedua pipiku. “Wahai Rabbku, Engkau palingbelas kasih di antara orang-orang yang berbelas kasih. Anugerahilah aku kawan-kawan shalihah yang lebih baik dariku agar aku bisa mencontoh mereka dan mereka menjadi sebaik-baik teman bagi diriku.” Dan ternyata, jawaban datang begitu cepat dari Rabb Yang Maha Pengasih, yang berfirman dalam sebuah ayatNya “...Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku perkenankan bagimu... “  (al Mukmin : 60)
                Aku duduk membolak-balik halaman demi halaman di internet. Aku membaca seputar mukjizat al-Quranul Karim. Tiba-tiba, pandanganku tertuju pada situs akademis para penghafal-Quran, dan aku sama sekali tidak menyadari bahwa masukku ke dalam situs ini merupakan alamat terkabulkannya do’a. Aku pun masuk dalam keadaan sedih. Namun, demi Allah yang tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Dia, aku keluar dari situs ini dalam kondisi berbeda saat aku masuk. Kondisi bagaimana? Kondisi yang memimpikannyapun aku tidak pernah.
                Pandanganku tertuju pada program i’tikaf untuk menghafal al-Quranul Karim di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sungguh sebuah karunia dan bimbingan-Nya padaku bahwa aku mendaftarkan diri pada acara ini, tanpa sedikitpun keraguan. Sejak pertama sekali aku sudah dibuat tercengang pada wanita-wanita itu. Demi Allah, mereka ini sebaik-baik saudari sekeyakinan. Mereka menuturkan pengalaman-pengalaman mereka (dalam menghafal-Quran). Dan aku merasa seolahh-olah berasal dari planet lain. Masuk akalkah bahwa ada wania yang berhasil menghafal-Quran selama 3 hari saja? Sementara sepanjang tujuh tahun aku hanya bisa menghafal dua surat saja. Kerinduanku semakin menggebu. Sirnalah rasa sedih dan gelisah itu dariku, dan Allah menggantinya dengan kebahagiaan yang tiada tara.
                Aku bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidp dan Maha Mengurusi, Dzat Yang Maha Dermawan dan mencurahkan pemberian. Aku memutuskan ber’itikaf untuk menghafal al-Quran, dan meyakini bahwa perkara ini merupakan amal yang paling utama dan yang paling baik dalam bulan Ramadhan. Aku berkata “Ramadhan kali ini akan berbeda, dengan izin Allah.” Aku meraih secarik kertas lalu menuliskan apa yang akan aku raih melalui menghafal al-Quran berupa bermacam nikmat dan kebaikan besar di dunia maupun akhirat. Dan, yang paling besar adalah ridha Allah pada diriku. Dan dengan izin Allah, mulai saat ini aku akan masuk di antara orang-orang terbaik umat ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“khairuku man ta’allamul Quran, wa ‘allamahu” Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya (HR. Bukhari)
                Aku membayangkan seolah-olah aku bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada’, merekalah sebaik-baik teman, wa hasuna ‘ulaa’ika rafiiqa. Aku membayangkan tengah menyematkan mahkota ketenangan pada kedua orang tuaku dengan kedua tanganku ini. Dan, aku membayangkan busana kebesaran yang menghiasi diri mereka. Kemudian, aku kembali pada diriku, aku membayangkan nikmat-nikmat yang akan Allah limpahkan padaku sebagai bentuk pemuliaan. Aku tulis semua ini dan aku gantungkan di tempat yang akan aku pergunakan untuk menghafal al-Quran. Kemudian, aku bawa mushaf yang telah aku putuskan untuk tidak menggantinya dan akan menjadi kawanku dalam pengalaman hidup ini.
                 Aku berwudhu, lalu duduk dan membuka al-Quran. Dengan suara sedikit keras aku berkata, “Sekarang aku akan menguji kemampuan otakku yang sebenarnya.” Aku pun memulai seraya bertawakal pada Allah dan mengulang-ulang firman-Nya, “wa laqad yassarnal Quraana lidzdzikri fa hal min muddakirDan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran(al-Qamar : 17)
                Aku aktifkan alarm bahwa aku akan menghafal 1 halaman dalam 10 menit. Selanjutnya, aku langsung menghafal halaman demi halaman. Setiap selesai menghafal satu halaman, aku berdoa pada Allah agar Dia meneguhkannya untuk diriku. Aku mengucapkan, “Wahai Rabbku, aku titipkan pada-Mu apa yang telah Engkau ajarkan padaku ini, maka jagala ia untukku.” Aku mulai dari waktu dhuha sampai jam setengah tiga siang. Lalu, aku tidur sejenak. Pada jam tiga, tanpa membawa alarm, aku segera menghafal lagi. Aku melakukannya hingga menjelang waktu Isya. Satu kali duduk tanpa sekalipun beranjak. Dan hasilnya sungguh surprise dan mencengangkan, aku telah menghafal 3 juz. “Ya Allah, betapa mulia Engkau dan betapa besar nikmat-nikmat-Mu, namun kami kurang pandai mensyukuri nikmat-nikmat ini.”
                Aku melanjutkan menghafal hingga berhasil menyelesaikan 16 juz al-Quran dalam 6 hari, hanya milik Allah segala pujian. Aku bingung, meneruskan menghafal atau mengulangi. Akan tetapi kawan-kawanku yang baik tersebut menyarankan supaya aku melanjutkan dan tidak berhenti. Maka, aku pun meneruskan menghafal. Aku yakin hafalanku tidak hilang sebab aku telah menitipkannya pada Rabbku yang Maha Mulia. Hingga, suamiku datang dan kami bertandang di rumah para kerabat. Maha Suci Allah, aku meninggalkan tempatku menghaffal dan tempat menyepiku bersama Rabbku menuju kelalaian dan dunia yang fana. Semua orang disana hanya memikirkan kue dan hidangan apa yang akan kami siapkan untuk menyambut hari ’Id ini, pakaian apa yang akan kami pakai dan perkara-perkara dunia lainnya.
                Aku sendiri bersembunyi untuk menghafal dan kadang-kadang saja menyambangi mereka. Saat itu aku memperkirakan bisa menghatamkan hafalan di hari terakhir bulan Ramadhan sehingga kebahagiaan akan berlipat ganda. Namun hal ini tak terjadi. Ujian dan Cobaan dari Rabb alam semesta datang menghampiri. Apakah aku akan melanjutkan menghafal atau berhenti? Akan tetapi, segala puji milik Allah, aku memutuskan untuk tidak berhenti. Mungkin kalian tak percaya, dalam satu hari aku hanya bisa menghafal dua halaman. Bukan lantaran tidak mampu menyelesaikan lebih banyak,namun karena aku sangat repot dengan apa yang terjadi padaku. Di antaranya, keempat anakku semuanya terserang demam dan gatal-gatal yang membuat mereka tidak dapat tidur sepanjang malam. Maka, aku lebih banyak begadang menemani mereka sampai aku kelelahan. Anak bungsuku terus menangis dan hanya mau ditolong oleh ku. Hingga aku sendiri jatuh sakit, segala puji bagi Allah. Namun, aku enggan berhenti. Aku meneruskan menghafal dan memaksa diri, sampai Allah menyembuhkan mereka. Masa sakit mereka cukup lama. Namun saat mereka sembuh, aku bertawakal kepada Allah dan berkata, “Sebentar lagi aku merampungkan hafalan.” Saat itu, hanya tinggal 10 juz. Alhamdulillah, Allah memberiku anugerah mampu menghafalnya dengan cepat.
                Sekarang aku akan menceritakan detik-detik paling indah dalam hidupku, yakni detik-detik selesai menghafal. Di pagi hari ini, aku bermimpi indah yang memberiku kabar gembira bahwa hafalanku akan purna di hari ini. Aku begitu bahagia. Pada hari ini, hanya tinggal 3 juz yang perlu aku hafal. Aku pun mulai menghafal dan aku merasa sangat cepat menghafal. Untuk satu halaman hanya membutuhkan waktu 8 menit, bahkan terkadang 5 menit. Hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam. Aku tak sadar bahwa waktu inilah yang aku tunggu-tunggu dan begitu aku rindukan. Yakni waktu terselesaikannya hafalan. Aku terrus membaca dan aku tak begitu memperhatikan bahwa hanya kurang beberapa halaman saja. Kalian tahu bagaimana aku tersadar? Kalian tak akan percaya! Muncul perasaan yang aneh sekali. Aku belum perrnah merasakannya dan tak dapat digambarkan. Perasaan ini menjalar ke seluruh tubuhku. Sebuah perasaan entram dan tenang. Demi Allah, seolah-olah aku ingin terbang karena begitu ringannya tubuhku. Aku menjadi ringan seperti sehelai bulu. Aku sendiri merasa aneh, perasaan apa ini? Denyut jantungku mulai berdetak lebih keras seolah-olah berkata padaku, “Selamat untukmu, engkau telah khatam menghafal al-Quran, dan al-Quran telah berada di dalam dadamu.”
                Lantas aku tersadar, ternyata aku tela membaca ayat terakhir. Aku kuasai diriku, menyungkur ke lantai untuk sujud syukur sementara air mata bahagia membasahi lantai. Aku berlari ke arah suamiku, memberitahukan berita gembira ii padanya. Sungguh ia sangat bersuka cita. Kemudian aku palingkan pandanganku ke mushaf ini yang setia menemaniku sepanjang perjalanan menghafal. Aku menangis dan berkata, “Sungguh engkau telah memberiku kenangan terindah wahai mushafku tercinta.” Aku mendekapnya erat-erat dan tak henti-hentinya mengucapkan, “Segala puji milik Allah, segala puji milik Allah seperti yang pantas disandang kemuliaan wajah dan keagungan kekuasaan-Nya.” Alhamdulillah, aku berhasil mengkhatamkan sebelum aku mati. Sungguh tadinya aku khawatir keburu meninggal dunia sebulum rampung menghafal.
                Duhai, betapa perasaan bahagia yang tak dapat diungkapkan. Segera aku menghampiri komputer untuk menuliskan beberapa kalimat takbir yang telah aku impikan selama aku menghafal. Lantas kami, yakni aku dan suamiku, mendengarkannya. Kami semua bersuka cita. Ya Allah, bagi-Mu segala pujian bahwa Engkau telah memuliakanku dengan menghafal kitab-Mu. Wahai Rabbku, betapa mulia Engkau! Engkau gantikan kesepiianku dengan sebaik-baik kawan yang menemaniku di dunia dan di kuburku. Wahai Rabb-ku, dulu aku berdoa kepada-Mu sementara hatiku teriris-iris pedih karena kesepian, lantas Engkau memberiku lebih dari apa yang aku angankan dan harapkan. Betapa agung Engkau, Rabb Yang Maha belas kasih, melimpahkan pemberian dann dermawan.
                Sebagai ungkapan terakhir untuk penutup kisah indah ini, aku sampaikan bahwa aku seorang wanita seperti wanita pada umumnya. Aku memiliki suami dan anak-anak. Putra-putraku menuntut ilmu di lembaga pendidikan khusus dan mereka sangat susah diatur. Namun, aku bisa menghafal al-Quran, padahal aku tidak melalaikan tanggung jawabku. Sebagai ibu, aku asuh anak-anakku dan berusaha mengajarkan segala sesuatu pada mereka, dimulai dari perkara yang paling penting. Dan, sebagai seorang istri yang berusaha dengan segenap kemampuan untuk membahagiakan suami, tidak mentelantarkan haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya secara penuh. Segala puji bagi Allah, menghafal al-Quran sama sekali tidak menyebabkanku melalaikan kewajiban. Segala puji bagi Allah, demi Allah, kalian tak memiliki alasan tidak bisa menghafal al-Quran, wahai para ibu. Apalagi para gadis yang belum bersuami dan tidak memikul tanggung jawab rumah tangga.
                Sebagai nasihat saya, selalulah berhuznuzhan kepada Allah. Sebab, Allah berada pada persangkaan hamba terhadap diri-Nya. Aku sendiri, ketika aku menganggap surat al-Baqarah dan ali ‘Imran sulit dihafal dan memerlukan waktu lama, Allah memberiku persis seperti dugaanku. Benar-benar membutuhkan waktu lama. Aku baru berhasil menghhafal kedua surat ini dalam waktu 7 tahun. Masalahnya, aku tidak berbaik sangka. Akan tetapi, manakala aku bertawakal pada Allah dan berbaik sangka pada-Nya, dan aku mengatakan, “Aku akan menghafal al-Quran secara keseluruhan dalam masa yang singkat.” Dia memuliakanku dengan berhasil menghafal kitab-Nya dan memudahkanku menempuh berbagai metode dan cara menghafal yang bermacam-macam yang tidak pernah aku kenal dan ketahui sebelumnya.
                Wahai orang yang berhasrat menghafal al-Quran, bertawakallah kepada Allah, bersungguh-sungguhlah dalam memohon dan jujurlah pada dirimu bahwa engkau benar-benar ingin menghafal al-Quran. Berbaik sangkalah bahwa Allah akan membimbingmu untuk mewujudkan keinginan ini. Demi Allah, engkau akan segera mendapatkannya. Yakinlah bahwa engkau akan masuk dalam golongan para penghafal ucapan paling agung, yakni firman Rabb semesta alam yang telah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Al Qamar : 17).
                Adapun berkenaan dengan pengaruh positif perjalananku menghafal al-Quran pada anak-anakku, subhanallah, bayangkan aku selalu diawasi anak-anakku. Tapi dengan diam, hingga mereka mengetahuinya. Pada suatu hari, Aku sedang duduk. Tiba-tiba putraku yang bbelum genap berusia 2 tahun berjalan menuju meja yang di atasnya terdapat beberapa mushaf. Ia membawa mushaf yang biasa aku pergunakan untuk menghhafal untuk menghafal. Ia mengenalinya dan membawakannya untukku, lalu mengulurkannya padaku sembari mengucapkan beberapa kata, “Mama Quran”. Sepertinya ia ingin mengatakan, “Bacalah wahai ibuku, engkau sudah hampir khatam menghafal al-Quran.” Maha Suci Allah, sejak hari itu, putraku ini tidak memiliki kesibukan selain mengawasiku dan ayahnya. Jika ia tidam menemukan mushhaf di tangan kami, ia cepat-cepat berlari mengambilkannya untuk kami. Maha Suci Allah. Wassalamu’alaikum wa rahmatullah...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Subhanallah, semoga saja dengan ana mendapatkan cerita ini, adalah jalan menuju terkabulnya doa ana. Melalui motivasi-motivasi yang ana dapatkan.. Insyaallah, kita semua bisa mengikuti jejak-jejak para huffaz..
amiin..

Comments

  1. Alhamdulillah,, senangnya mendapat kabar gembira ini..mudahan Allah memudahkannya untukmu..

    alhamdulillah aku punya buku ini,,isinya memang bagus,,
    selamat ya,Allah telah memilihmu tuk menghafal..barakallaah..

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah.. syukran mbak..

    Allah tidak memilih siapapun untuk menghafal al-Quran.. namun menghafal adalah pilihan kita.. kalau kita mau.. ya bisa. ^^
    bukan perkara bisa atau tak bisa, namun perkara mau atau tdk mau..

    ReplyDelete
  3. bukunya bisa dibeli di mana? dalam bhs arab atau sudah diterjemahkan?

    ReplyDelete
  4. sudah ada terjemahannya..
    mungkin di al fitrah ato mardhatillah ada..

    ReplyDelete
  5. Semoga istiqomah bersama alquran, menjadi kan alquran sbgai sahabat dan menjadi ahlulallah...

    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

    karena allah telah berjanji di firman nya itu, allah lah yg menjaga alquran lewat para penghafal alquran..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kunjungi blog ana ya...smoga bisa share..

      Delete
    2. amiin.. slalu istiqamah insyaallah..
      Karna Allah tlah brjanji, Ia takkan melanggarnya, moga smua qt bsa jadi hafidz/ah

      ok, lgsung k TKP..
      sykrn knjungannya..

      Delete
    3. knapa harus mnggil pake "ana" "ana" ya,.
      si ANA mah di rumah emak nya,.

      Delete
  6. Insya Allah, hambamu menyusul ya Allah

    ReplyDelete

Post a Comment

Klik identitas Name/URL untuk comment, bila tdk ada akun google

Popular posts from this blog

Cerdas di Atas Kertas, Orientasi Pendidikan Islam di Era 4.0

           Era disrupsi selalu mengagetkan kita dengan realitas-realitas tak terduga yang terus bermunculan di tiap sektor kehidupan, siapa "kita" yang terkaget-kaget itu? Yang kaget dengan hal-hal baru pada zaman ini hanyalah kelompok generasi Y (milenial) ke atas, generasi Z tidak akan begitu kaget sebab mereka turut berkontribusi atas perubahan zaman, bahkan merekalah yang saat ini sedang membanjiri pasar industri. Terlebih gen alpha yang lahir dari rahim generasi milenial, mereka adalah penduduk digital yang asli di Bumi ini. Usia mereka 13 tahun kebawah dan merupakan generasi yang paling akrab dengan perkembangan teknologi, mungkin mereka tidak merasakan adanya hal yang baru.          Apa hal dan realitas baru yang dimaksud? Mulai dari sektor industri yang dijadikan istilah dalam perubahan tatanan kehidupan kita, yaitu revolusi industri 4.0 yang sudah dimulai sejak abad 20. Makin kesini makin kesana, kita ambil contoh sektor transportasi yang dirasakan mayoritas pendudu

“Ahmad nggak akan bisa bahasa inggris ummi”

Bismillah, mumpung banyak duduk-duduk di tempat KP, apalagi bisa online buka laptop yang biasanya Cuma dengan handphone, lebih baik menulis. Karna saya lebih suka menulis pengalaman pribadi, sebab yang tahu betul tentang kejadian, perkara dan pengalaman yang dialami seseorang tentu pelakunya, soal hikmah semua bisa memetik. Insyaallah bertekad membuat minimal tiga tulisan dalam waktu dekat, pengalaman belajar bahasa inggris, bahasa arab yang tidak begitu panjang dan pengalaman menghafal Quran yang sebenarnya juga hutang pribadi. Berikut tentang Aku dan Bahasa Inggris J  _________________________________________________________________________________  “Ahmad nggak akan bisa bahasa inggris ummi..”                               Setelah pindah dari Padang ke Jambi, aku memulai pendidikan jenjang TK dan sekolah dasar di Jambi. Ini adalah cerita singkat tentang hubunganku dengan bahasa inggris. Jujur, Ummi dan Abi ku bukan orang yang sering berinteraksi dengan bahasa ingg

Kejauhan itu Membuat Hati Semakin Rindu – Tarbiyah dari Allah

Tanpa kita sadari, setiap perjalanan hidup manusia beserta sejarahnya adalah tarbiyah dari Allah SWT, tergantung diri kita, apakah mampu mengambil pelajaran serta hikmahnya. Sedikit dari manusia yang bisa mengambilnya, Allahummaj ‘alnaa minal qoliil.. Lebih dari 1 abad yang lalu, imam syahid Hasan al Banna dalam usia 22 tahun mampu mendirikan organisasi yang ditakuti dunia, negara-negara besar mempertimbangkan kehadiran organisasi ini, musuh-musuh dakwah terlalu lamban dalam menghancurkan organisasi ini dengan menculik dan membunuh para pimpinannya, ketakutan mereka membutakan makar yang mereka susun sendiri, sebab organisasi ini sudah terlanjur memiliki anggota yang ikhlas dan rela mengorbankan harta serta jiwanya, sehingga ideologinya sudah sangat dalam menghujam tanah, nilai-nilai islam dan jiwa da’i dalam menyebarkannya sudah menjadi darah daging yang menyatu dengan jasad mereka., ia memiliki pondasi yang sangat kuat, ketika ia dibabat habis, tumbuhlah kembali manusia-manus