-->
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Subhanallah, semoga saja dengan ana mendapat kan cerita ini, adalah jalan menuju terkabulnya doa ana. Melalui motivasi-motivasi yang ana dapatkan.. Insyaallah, kita semua bisa mengikuti jejak-jejak para huffaz..
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi
wa barakatuhu...
Alhamdulillah,
apa kabar sahabat..? sudah sangat lama ana ingin menulis lagi, dan sungguh
sangat banyak ingin berbagi seputar Ramadhan kemarin. Namun apa lah daya..
Waktu tak mengizinkan.. Ana sungguh ingin maksimal beribadah dan harus lebih
baik dari Ramadhan sebelumnya, juga tak ingin berlama-lama di depan monitor..
mendingan tilawah.. ^.^v Dan insyaallah, Ramadhan kemarin tidaklah
mengecewakan. Semoga tahun depan bisa lebih maksimal lagi.. ameen..
Lagi-lagi ana
sungguh bersyukur, alhamdulillah.. semangat untuk menghafal Quran sejak lulus
dari perguruan tercinta masih berapi-api sampai sekarang , bahkan kini semakin
menggebu-gebu setelah adik ana sendiri sudah menyusul hafalan ana sampai hafal semua, Adek yang satu ini emang sesuatu kalau bersaing dengan abangnya.
Setelah ana menulis “Preman” Hafal Quran, kembali ana ingin berbagi kisah para
huffaz yang sukses menghafal Quran, namun kali ini ana tidak mengenal orangnya.
Ana baca dari buku Sebulan Hafal Quran, terjemahan dari Kaifa Tahfazhul Qur’anal Karim fi Syahr. Jujur, sebenarnya ana
kurang tertarik membaca buku-buku seperti ini, Cara Cepat Hafal Quran, Metode
Hafal Quran, dan lain-lain sejenisnya.. Karena metode menghafal Quran setiap
orang biasanya berbeda-beda. Sehingga bila seseorang terlalu mengikuti petunjuk
buku tertentu, padahal kemampuannya adalah dengan metode lain, hal ini justru
akan memperlambatnya dalam menghafal. Mengapa? Karena sesungguhnya "metode menghafal" itu akan ditemukan sendiri disaat seseorang memutuskan dan bertekad untuk menghafal Quran, maka ia akan memulai dengan metode tertentu, setelah berjalan beberapa minggu mungkin saja sudah nyaman dengan metode menghafal yang ia jalani, atau mungkin tidak merasa nyaman dengan metode tersebut. Maka ia akan mempelajari metodenya itu bagaimana agar bisa membuatnya nyaman dan menghafal lebih cepat lagi. Sama halnya seperti ber-experiment, "metode menghafal" itu kita sendirilah yang menciptakan metode kita, kita sendiri lah yang menemukan cara terbaik untuk kita, karena umumnya tiap orang berbeda-beda. Lalu katakan, "ini gaya ku, apa gayamu?" #Lhoo.. ^^
Namun, suatu hari seorang teman yang juga termotivasi dalam menghafal Quran, sebut saja namanya Micko (emang namanya kok ^^) meng-sms kan kisah singkat dari kisah yang akan ana tulis kali ini.. sms yang cukup panjang (6 sms). Sms tersebut membuat ana semakin rindu untuk meraih cita-cita mulia ini, menjadi seorang Hafidzhul Quran, Ahlullah (keluarga Allah).. Waaah.. ga sabar..
Namun, suatu hari seorang teman yang juga termotivasi dalam menghafal Quran, sebut saja namanya Micko (emang namanya kok ^^) meng-sms kan kisah singkat dari kisah yang akan ana tulis kali ini.. sms yang cukup panjang (6 sms). Sms tersebut membuat ana semakin rindu untuk meraih cita-cita mulia ini, menjadi seorang Hafidzhul Quran, Ahlullah (keluarga Allah).. Waaah.. ga sabar..
Setelah ana
bertanya darimana beliau mendapatkan kisah itu, beliau langsung meminjamkan
buku Sebulan Hafal Quran ini.. ternyata di dalamnya terdapat kisah-kisah
menarik para penghafal Quran.. Ana ingin sekali banyak orang yang termotivasi
untuk menghafal kalimat-Nya. Ustadz Irsyad pernah menerangkan pahala-pahala dan
kemuliaan orang yang hafal Quran. Salah satunya ialah, kita akan menyematkan
mahkota kehormatan kepada kedua orang tua kita di surga-Nya, jangan bayangkan
mahkota yang biasa dipakai raja-raja di dunia.. yang satu ini mahhkota murni
dari surga lho.. tak satupun manusia yang bisa membayangkannya. Namun bagi orang
yang sudah berkeluarga, pertanyaannya adalah, “Kamu mau mendapatkan mahkota
kehormatan dari anakmu, atau ingin menyematkan mahkota itu kepada orang tuamu.”
Kalau ana sudah berkeluarga, pasti ana inging kedua-duanya,, he he.. Abi, Ummi,
tunggu mahkota dari ahmad ya..
Insyaallah
pada kesempatan lain, ana akan berbagi pengalaman ana pribadi dan beberapa
teman yang lain dalam menempuh perjalanan hafalan ini.. Semoga bermanfaat..
Banyak orang yang menyangka kalau sudah dewasa, daya ingatnya untuk menghafal sudah
berkurang.. Namun al-Quran itu adalah mukjizat yang diturunkan berbahsa arab
agar umat manusia mudah mempelajarinya.. bukan hanya umat yang negrinya
berbahasa arab..
Berikut kisahnya seorang ummahat
penghafal Quran..
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku telah khatam menghafal
al-Quran, segala puji bagi Allah sebagaaimana yang pantas disandang keagungan
wajah-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Inilah pengalamanku, aku persembahkan
kepada kalian.
Bismillahirrahmanirrahim
Inilah saat-saat indah yang
berlalu dengan segala kenangannya, inilah impian yang telah terwujud. Masih
hangat dalam memoriku saat-saat dimana tujuanku dalam hidup ini adalah
menghafal surat al Baqarah dan ali ‘Imran. Demi Allah, mungkin kalian tidak
akan percaya bahwa aku sama sekali tidak pernah bermimpi bisa menghafal al-Quran
seluruhnya. Walaupun sekedar mimpi, aku tak berani melakukannya. Sebab, aku
menganggap ini adalah sesuatu yang impossible
diwujudkan dan sangat sulit sekali. Aku pun terus menjalani hidup dengan satu
target yang aku yakini sebagai prestasi besar bila terealisasi. Yakni,
menghafal surat al Baqarah dan ali ‘Imran. Aku menganggap kedua surat ini
adalah yang paling sulit di antara surat-surat lain di dalam al-Quran dan akan
membutuhkan waktu lama untuk menghafalnya. Maha suci Allah, memang kenyataannya
cukup lama aku menghafal kedua surat ini, dimana aku baru berhasil menghafal
keduanya selama 7 tahun.
Di
bulan Ramadhan tahun ini, suamiku mengejutkanku melalui ungkapannya bahwa ia
akan i’tikaf selama 15 hari terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Haram. Tentunya
Anda semua mengerti, betapa besar kegelisahan yang menghantuiku. Sebab, aku
akan tinggal seorang diri bersama 4 orang putraku. Sementara kami tinggal di
satu daerah yang jauh dari keluarga dan tetangga.. Di daerah ini, semua orang
memilih mengurung diri di rumahnya. Sebenarnya aku gembira suamiku akan
melakukan i’tikaf, namun apa yang akan terjadi padaku dalam kesendirian ini.
Akhirnya tibalah waktu itu, dan suamiku pun berangkat. Demi Allah, aku
merasakan pahitnya kesepian dengan segenap maknanya. Aku tengadahkan kedua
tanganku pada Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, aku ucapkan do’a
orang yang tengah kesusahan sementara air mata membanjiri kedua pipiku. “Wahai
Rabbku, Engkau palingbelas kasih di antara orang-orang yang berbelas kasih.
Anugerahilah aku kawan-kawan shalihah yang lebih baik dariku agar aku bisa
mencontoh mereka dan mereka menjadi sebaik-baik teman bagi diriku.” Dan
ternyata, jawaban datang begitu cepat dari Rabb Yang Maha Pengasih, yang
berfirman dalam sebuah ayatNya “...Berdo’alah
kepadaKu, niscaya akan Ku perkenankan bagimu... “ (al
Mukmin : 60)
Aku
duduk membolak-balik halaman demi halaman di internet. Aku membaca seputar
mukjizat al-Quranul Karim. Tiba-tiba, pandanganku tertuju pada situs akademis
para penghafal-Quran, dan aku sama sekali tidak menyadari bahwa masukku ke
dalam situs ini merupakan alamat terkabulkannya do’a. Aku pun masuk dalam
keadaan sedih. Namun, demi Allah yang tiada Ilah yang berhak diibadahi selain
Dia, aku keluar dari situs ini dalam kondisi berbeda saat aku masuk. Kondisi
bagaimana? Kondisi yang memimpikannyapun aku tidak pernah.
Pandanganku
tertuju pada program i’tikaf untuk menghafal al-Quranul Karim di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan. Sungguh sebuah karunia dan bimbingan-Nya padaku bahwa
aku mendaftarkan diri pada acara ini, tanpa sedikitpun keraguan. Sejak pertama
sekali aku sudah dibuat tercengang pada wanita-wanita itu. Demi Allah, mereka
ini sebaik-baik saudari sekeyakinan. Mereka menuturkan pengalaman-pengalaman
mereka (dalam menghafal-Quran). Dan aku merasa seolahh-olah berasal dari planet
lain. Masuk akalkah bahwa ada wania yang berhasil menghafal-Quran selama 3 hari
saja? Sementara sepanjang tujuh tahun aku hanya bisa menghafal dua surat saja.
Kerinduanku semakin menggebu. Sirnalah rasa sedih dan gelisah itu dariku, dan
Allah menggantinya dengan kebahagiaan yang tiada tara.
Aku
bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidp dan Maha Mengurusi, Dzat Yang Maha
Dermawan dan mencurahkan pemberian. Aku memutuskan ber’itikaf untuk menghafal
al-Quran, dan meyakini bahwa perkara ini merupakan amal yang paling utama dan
yang paling baik dalam bulan Ramadhan. Aku berkata “Ramadhan kali ini akan
berbeda, dengan izin Allah.” Aku meraih secarik kertas lalu menuliskan apa yang
akan aku raih melalui menghafal al-Quran berupa bermacam nikmat dan kebaikan
besar di dunia maupun akhirat. Dan, yang paling besar adalah ridha Allah pada
diriku. Dan dengan izin Allah, mulai saat ini aku akan masuk di antara
orang-orang terbaik umat ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
“khairuku man ta’allamul Quran, wa ‘allamahu” Sebaik-baik kalian
adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya (HR. Bukhari)
Aku membayangkan
seolah-olah aku bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada’, merekalah
sebaik-baik teman, wa hasuna
‘ulaa’ika rafiiqa. Aku membayangkan tengah menyematkan mahkota
ketenangan pada kedua orang tuaku dengan kedua tanganku ini. Dan, aku
membayangkan busana kebesaran yang menghiasi diri mereka. Kemudian, aku kembali
pada diriku, aku membayangkan nikmat-nikmat yang akan Allah limpahkan padaku
sebagai bentuk pemuliaan. Aku tulis semua ini dan aku gantungkan di tempat yang
akan aku pergunakan untuk menghafal al-Quran. Kemudian, aku bawa mushaf yang
telah aku putuskan untuk tidak menggantinya dan akan menjadi kawanku dalam
pengalaman hidup ini.
Aku berwudhu, lalu duduk dan membuka al-Quran.
Dengan suara sedikit keras aku berkata, “Sekarang aku akan menguji kemampuan
otakku yang sebenarnya.” Aku pun memulai seraya bertawakal pada Allah dan
mengulang-ulang firman-Nya, “wa laqad
yassarnal Quraana lidzdzikri fa hal min muddakir” Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran” (al-Qamar
: 17)
Aku
aktifkan alarm bahwa aku akan menghafal 1 halaman dalam 10 menit. Selanjutnya,
aku langsung menghafal halaman demi halaman. Setiap selesai menghafal satu halaman,
aku berdoa pada Allah agar Dia meneguhkannya untuk diriku. Aku mengucapkan,
“Wahai Rabbku, aku titipkan pada-Mu apa yang telah Engkau ajarkan padaku ini,
maka jagala ia untukku.” Aku mulai dari waktu dhuha sampai jam setengah tiga
siang. Lalu, aku tidur sejenak. Pada jam tiga, tanpa membawa alarm, aku segera
menghafal lagi. Aku melakukannya hingga menjelang waktu Isya. Satu kali duduk
tanpa sekalipun beranjak. Dan hasilnya sungguh surprise dan mencengangkan, aku telah menghafal 3 juz. “Ya Allah,
betapa mulia Engkau dan betapa besar nikmat-nikmat-Mu, namun kami kurang pandai
mensyukuri nikmat-nikmat ini.”
Aku
melanjutkan menghafal hingga berhasil menyelesaikan 16 juz al-Quran dalam 6
hari, hanya milik Allah segala pujian. Aku bingung, meneruskan menghafal atau
mengulangi. Akan tetapi kawan-kawanku yang baik tersebut menyarankan supaya aku
melanjutkan dan tidak berhenti. Maka, aku pun meneruskan menghafal. Aku yakin
hafalanku tidak hilang sebab aku telah menitipkannya pada Rabbku yang Maha
Mulia. Hingga, suamiku datang dan kami bertandang di rumah para kerabat. Maha
Suci Allah, aku meninggalkan tempatku menghaffal dan tempat menyepiku bersama
Rabbku menuju kelalaian dan dunia yang fana. Semua orang disana hanya
memikirkan kue dan hidangan apa yang akan kami siapkan untuk menyambut hari ’Id
ini, pakaian apa yang akan kami pakai dan perkara-perkara dunia lainnya.
Aku
sendiri bersembunyi untuk menghafal dan kadang-kadang saja menyambangi mereka.
Saat itu aku memperkirakan bisa menghatamkan hafalan di hari terakhir bulan
Ramadhan sehingga kebahagiaan akan berlipat ganda. Namun hal ini tak terjadi.
Ujian dan Cobaan dari Rabb alam semesta datang menghampiri. Apakah aku akan
melanjutkan menghafal atau berhenti? Akan tetapi, segala puji milik Allah, aku
memutuskan untuk tidak berhenti. Mungkin kalian tak percaya, dalam satu hari
aku hanya bisa menghafal dua halaman. Bukan lantaran tidak mampu menyelesaikan
lebih banyak,namun karena aku sangat repot dengan apa yang terjadi padaku. Di
antaranya, keempat anakku semuanya terserang demam dan gatal-gatal yang membuat
mereka tidak dapat tidur sepanjang malam. Maka, aku lebih banyak begadang
menemani mereka sampai aku kelelahan. Anak bungsuku terus menangis dan hanya
mau ditolong oleh ku. Hingga aku sendiri jatuh sakit, segala puji bagi Allah.
Namun, aku enggan berhenti. Aku meneruskan menghafal dan memaksa diri, sampai
Allah menyembuhkan mereka. Masa sakit mereka cukup lama. Namun saat mereka
sembuh, aku bertawakal kepada Allah dan berkata, “Sebentar lagi aku merampungkan
hafalan.” Saat itu, hanya tinggal 10 juz. Alhamdulillah,
Allah memberiku anugerah mampu menghafalnya dengan cepat.
Sekarang
aku akan menceritakan detik-detik paling indah dalam hidupku, yakni detik-detik
selesai menghafal. Di pagi hari ini, aku bermimpi indah yang memberiku kabar
gembira bahwa hafalanku akan purna di hari ini. Aku begitu bahagia. Pada hari
ini, hanya tinggal 3 juz yang perlu aku hafal. Aku pun mulai menghafal dan aku
merasa sangat cepat menghafal. Untuk satu halaman hanya membutuhkan waktu 8
menit, bahkan terkadang 5 menit. Hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Aku tak sadar bahwa waktu inilah yang aku tunggu-tunggu dan begitu aku
rindukan. Yakni waktu terselesaikannya hafalan. Aku terrus membaca dan aku tak
begitu memperhatikan bahwa hanya kurang beberapa halaman saja. Kalian tahu
bagaimana aku tersadar? Kalian tak akan percaya! Muncul perasaan yang aneh
sekali. Aku belum perrnah merasakannya dan tak dapat digambarkan. Perasaan ini
menjalar ke seluruh tubuhku. Sebuah perasaan entram dan tenang. Demi Allah,
seolah-olah aku ingin terbang karena begitu ringannya tubuhku. Aku menjadi
ringan seperti sehelai bulu. Aku sendiri merasa aneh, perasaan apa ini? Denyut
jantungku mulai berdetak lebih keras seolah-olah berkata padaku, “Selamat untukmu,
engkau telah khatam menghafal al-Quran, dan al-Quran telah berada di dalam
dadamu.”
Lantas
aku tersadar, ternyata aku tela membaca ayat terakhir. Aku kuasai diriku,
menyungkur ke lantai untuk sujud syukur sementara air mata bahagia membasahi
lantai. Aku berlari ke arah suamiku, memberitahukan berita gembira ii padanya.
Sungguh ia sangat bersuka cita. Kemudian aku palingkan pandanganku ke mushaf
ini yang setia menemaniku sepanjang perjalanan menghafal. Aku menangis dan
berkata, “Sungguh engkau telah memberiku kenangan terindah wahai mushafku
tercinta.” Aku mendekapnya erat-erat dan tak henti-hentinya mengucapkan,
“Segala puji milik Allah, segala puji milik Allah seperti yang pantas disandang
kemuliaan wajah dan keagungan kekuasaan-Nya.” Alhamdulillah, aku berhasil
mengkhatamkan sebelum aku mati. Sungguh tadinya aku khawatir keburu meninggal
dunia sebulum rampung menghafal.
Duhai,
betapa perasaan bahagia yang tak dapat diungkapkan. Segera aku menghampiri
komputer untuk menuliskan beberapa kalimat takbir yang telah aku impikan selama
aku menghafal. Lantas kami, yakni aku dan suamiku, mendengarkannya. Kami semua
bersuka cita. Ya Allah, bagi-Mu segala pujian bahwa Engkau telah memuliakanku
dengan menghafal kitab-Mu. Wahai Rabbku, betapa mulia Engkau! Engkau gantikan
kesepiianku dengan sebaik-baik kawan yang menemaniku di dunia dan di kuburku.
Wahai Rabb-ku, dulu aku berdoa kepada-Mu sementara hatiku teriris-iris pedih
karena kesepian, lantas Engkau memberiku lebih dari apa yang aku angankan dan
harapkan. Betapa agung Engkau, Rabb Yang Maha belas kasih, melimpahkan
pemberian dann dermawan.
Sebagai
ungkapan terakhir untuk penutup kisah indah ini, aku sampaikan bahwa aku
seorang wanita seperti wanita pada umumnya. Aku memiliki suami dan anak-anak.
Putra-putraku menuntut ilmu di lembaga pendidikan khusus dan mereka sangat
susah diatur. Namun, aku bisa menghafal al-Quran, padahal aku tidak melalaikan
tanggung jawabku. Sebagai ibu, aku asuh anak-anakku dan berusaha mengajarkan
segala sesuatu pada mereka, dimulai dari perkara yang paling penting. Dan,
sebagai seorang istri yang berusaha dengan segenap kemampuan untuk
membahagiakan suami, tidak mentelantarkan haknya dan menunaikan
kewajiban-kewajibannya secara penuh. Segala puji bagi Allah, menghafal al-Quran
sama sekali tidak menyebabkanku melalaikan kewajiban. Segala puji bagi Allah,
demi Allah, kalian tak memiliki alasan tidak bisa menghafal al-Quran, wahai
para ibu. Apalagi para gadis yang belum bersuami dan tidak memikul tanggung
jawab rumah tangga.
Sebagai
nasihat saya, selalulah berhuznuzhan kepada Allah. Sebab, Allah berada pada
persangkaan hamba terhadap diri-Nya. Aku sendiri, ketika aku menganggap surat
al-Baqarah dan ali ‘Imran sulit dihafal dan memerlukan waktu lama, Allah
memberiku persis seperti dugaanku. Benar-benar membutuhkan waktu lama. Aku baru
berhasil menghhafal kedua surat ini dalam waktu 7 tahun. Masalahnya, aku tidak
berbaik sangka. Akan tetapi, manakala aku bertawakal pada Allah dan berbaik
sangka pada-Nya, dan aku mengatakan, “Aku akan menghafal al-Quran secara
keseluruhan dalam masa yang singkat.” Dia memuliakanku dengan berhasil
menghafal kitab-Nya dan memudahkanku menempuh berbagai metode dan cara
menghafal yang bermacam-macam yang tidak pernah aku kenal dan ketahui
sebelumnya.
Wahai
orang yang berhasrat menghafal al-Quran, bertawakallah kepada Allah,
bersungguh-sungguhlah dalam memohon dan jujurlah pada dirimu bahwa engkau
benar-benar ingin menghafal al-Quran. Berbaik sangkalah bahwa Allah akan
membimbingmu untuk mewujudkan keinginan ini. Demi Allah, engkau akan segera
mendapatkannya. Yakinlah bahwa engkau akan masuk dalam golongan para penghafal
ucapan paling agung, yakni firman Rabb semesta alam yang telah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Al Qamar : 17).
Adapun
berkenaan dengan pengaruh positif perjalananku menghafal al-Quran pada
anak-anakku, subhanallah, bayangkan
aku selalu diawasi anak-anakku. Tapi dengan diam, hingga mereka mengetahuinya.
Pada suatu hari, Aku sedang duduk. Tiba-tiba putraku yang bbelum genap berusia
2 tahun berjalan menuju meja yang di atasnya terdapat beberapa mushaf. Ia
membawa mushaf yang biasa aku pergunakan untuk menghhafal untuk menghafal. Ia
mengenalinya dan membawakannya untukku, lalu mengulurkannya padaku sembari
mengucapkan beberapa kata, “Mama Quran”. Sepertinya ia ingin mengatakan,
“Bacalah wahai ibuku, engkau sudah hampir khatam menghafal al-Quran.” Maha Suci
Allah, sejak hari itu, putraku ini tidak memiliki kesibukan selain mengawasiku
dan ayahnya. Jika ia tidam menemukan mushhaf di tangan kami, ia cepat-cepat
berlari mengambilkannya untuk kami. Maha Suci Allah. Wassalamu’alaikum wa rahmatullah...
amiin..
Alhamdulillah,, senangnya mendapat kabar gembira ini..mudahan Allah memudahkannya untukmu..
ReplyDeletealhamdulillah aku punya buku ini,,isinya memang bagus,,
selamat ya,Allah telah memilihmu tuk menghafal..barakallaah..
Alhamdulillah.. syukran mbak..
ReplyDeleteAllah tidak memilih siapapun untuk menghafal al-Quran.. namun menghafal adalah pilihan kita.. kalau kita mau.. ya bisa. ^^
bukan perkara bisa atau tak bisa, namun perkara mau atau tdk mau..
bukunya bisa dibeli di mana? dalam bhs arab atau sudah diterjemahkan?
ReplyDeletesudah ada terjemahannya..
ReplyDeletemungkin di al fitrah ato mardhatillah ada..
Semoga istiqomah bersama alquran, menjadi kan alquran sbgai sahabat dan menjadi ahlulallah...
ReplyDeleteإِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
karena allah telah berjanji di firman nya itu, allah lah yg menjaga alquran lewat para penghafal alquran..
kunjungi blog ana ya...smoga bisa share..
Deleteamiin.. slalu istiqamah insyaallah..
DeleteKarna Allah tlah brjanji, Ia takkan melanggarnya, moga smua qt bsa jadi hafidz/ah
ok, lgsung k TKP..
sykrn knjungannya..
knapa harus mnggil pake "ana" "ana" ya,.
Deletesi ANA mah di rumah emak nya,.
Insya Allah, hambamu menyusul ya Allah
ReplyDelete