Skip to main content

Merasa Ibadah Sempurna?



Sepotong kisah seorang sahabat, seorang penenun kain, ia biasa menenun kain-lain yang berkualitas. Suatu hari ia menenun selembar kain, ia melakukannya dengan penuh perhatian, dalam waktu yang sangat lama, dengan bahan terbaik, dengan kehati-hatian yang tinggi. Hingga berbulan lamanya, akhirnya kain itu selesai, dengan gembira dan keyakinan yang tinggi ia membawa kainnya tersebut kepada sahabatnya yang biasa menjualkan kain tenun, yang sekaligus ahli dalam menilai harganya. 

Setibanya di pasar, kain tenun tersebut ia serahkan kepada sahabatnya, dengan sangat menyesal sahabatnya berkata, "Maaf, saya tidak bisa mengambil kain ini", dalam artian bahwa menurutnya kain tenun itu tidak layak dijual, tidak akan laku, tidak bagus dan tidak berkualitas. Diluar dugaannya, jawaban yang membuatnya kaget, padahal ia membuatnya dengan penuh kesungguhan, ternyata kainnya itu tidak bernilai dalam pandangan ahlinya. Lalu ia menangis, berurai air matanya.

Sahabatnya kembali berkata "Mengapa engkau menangis? Baiklah, karna engkau sahabatku tetap akan aku beli kain mu ini, berapa engkau menjualnya?". Lalu ia membalas lagi,

"Tidak sahabatku, bukan kain ini yang aku tangisi. Tapi aku takut perihal ibadahku, seandainya semasa hidup aku merasa ibadahku sudah begitu sempurna, sedangkan saat aku menghadapNya, ternyata ibadahku tidak ada apa-apanya, tidak bernilai dihadapanNya".

Allahu Akbar, seperti itu kekhawatiran seorang sahabat terhadap dirinya. "'Aamilatun naashibah", bekerja keras berpayah-payah ternyata akhirnya neraka, bagaimana dengan kita? Seorang aktivis dakwah tidak tertutup kemungkinan jatuh pada golongan ini, apa orientasi kita dalam berdakwah? Untuk berbangga-bangga? Untuk tampil sebanyak-banyaknya? Agar dikatakan shaleh? Agar dipandang oleh banyak orang? Atau dakwah, amal-amal dan kerja-kerja yang telah dilakukan dirasa sudah sangat banyak dan sempurna, padahal nilainya masih sangat kecil di hadapan Allah. Betulah orientasi akhirat akan lebih menjamin dan bisa menjaga keikhlasan kita.

Semangat!!

Comments

Popular posts from this blog

Cerdas di Atas Kertas, Orientasi Pendidikan Islam di Era 4.0

           Era disrupsi selalu mengagetkan kita dengan realitas-realitas tak terduga yang terus bermunculan di tiap sektor kehidupan, siapa "kita" yang terkaget-kaget itu? Yang kaget dengan hal-hal baru pada zaman ini hanyalah kelompok generasi Y (milenial) ke atas, generasi Z tidak akan begitu kaget sebab mereka turut berkontribusi atas perubahan zaman, bahkan merekalah yang saat ini sedang membanjiri pasar industri. Terlebih gen alpha yang lahir dari rahim generasi milenial, mereka adalah penduduk digital yang asli di Bumi ini. Usia mereka 13 tahun kebawah dan merupakan generasi yang paling akrab dengan perkembangan teknologi, mungkin mereka tidak merasakan adanya hal yang baru.          Apa hal dan realitas baru yang dimaksud? Mulai dari sektor industri yang dijadikan istilah dalam perubahan tatanan kehidupan kita, yaitu revolusi industri 4.0 yang sudah dimulai sejak abad 20. Makin kesini makin kesana, kita ambil contoh sektor transportasi yang dirasakan mayoritas pendudu

“Ahmad nggak akan bisa bahasa inggris ummi”

Bismillah, mumpung banyak duduk-duduk di tempat KP, apalagi bisa online buka laptop yang biasanya Cuma dengan handphone, lebih baik menulis. Karna saya lebih suka menulis pengalaman pribadi, sebab yang tahu betul tentang kejadian, perkara dan pengalaman yang dialami seseorang tentu pelakunya, soal hikmah semua bisa memetik. Insyaallah bertekad membuat minimal tiga tulisan dalam waktu dekat, pengalaman belajar bahasa inggris, bahasa arab yang tidak begitu panjang dan pengalaman menghafal Quran yang sebenarnya juga hutang pribadi. Berikut tentang Aku dan Bahasa Inggris J  _________________________________________________________________________________  “Ahmad nggak akan bisa bahasa inggris ummi..”                               Setelah pindah dari Padang ke Jambi, aku memulai pendidikan jenjang TK dan sekolah dasar di Jambi. Ini adalah cerita singkat tentang hubunganku dengan bahasa inggris. Jujur, Ummi dan Abi ku bukan orang yang sering berinteraksi dengan bahasa ingg

Kejauhan itu Membuat Hati Semakin Rindu – Tarbiyah dari Allah

Tanpa kita sadari, setiap perjalanan hidup manusia beserta sejarahnya adalah tarbiyah dari Allah SWT, tergantung diri kita, apakah mampu mengambil pelajaran serta hikmahnya. Sedikit dari manusia yang bisa mengambilnya, Allahummaj ‘alnaa minal qoliil.. Lebih dari 1 abad yang lalu, imam syahid Hasan al Banna dalam usia 22 tahun mampu mendirikan organisasi yang ditakuti dunia, negara-negara besar mempertimbangkan kehadiran organisasi ini, musuh-musuh dakwah terlalu lamban dalam menghancurkan organisasi ini dengan menculik dan membunuh para pimpinannya, ketakutan mereka membutakan makar yang mereka susun sendiri, sebab organisasi ini sudah terlanjur memiliki anggota yang ikhlas dan rela mengorbankan harta serta jiwanya, sehingga ideologinya sudah sangat dalam menghujam tanah, nilai-nilai islam dan jiwa da’i dalam menyebarkannya sudah menjadi darah daging yang menyatu dengan jasad mereka., ia memiliki pondasi yang sangat kuat, ketika ia dibabat habis, tumbuhlah kembali manusia-manus