Bismillahirrahmaanirrahim..
Membicarakan masalah kuliah,
ukhuwah, dan tarbiyah ini, sangat urgen di kalangan para aktivis dakwah.
Apalagi dalam menyeimbangkan ketiganya. Mengapa? Pertama kuliah, ia adalah
amanah utama yang dipikul dari orang tua, ia juga kewajiban dari Rasulullah
saw. dalam konteks menuntut ilmu. Menuntut ilmu sangat banyak fadhilah atau
keutamaan-keutamaannya. Ilmu akan mengangkat derajat seorang mukmin di atas
tingkatan hamba lainnya, itu pernyataan dari surat al Mujadalah ayat 11. Orang
yang keluar dari rumahnya dalam tujuan menuntut ilmu, statusnya adalah berjihad
sampai ia pulang kembali ke rumah. Jadi, kalau ada aktivis yang meninggal di
kampus, atau dalam perjalanan, ataupun di wisma karena kampungnya di daerah
lain, insyaalah mereka syahid dengan syarat memang benar-benar ikhlas menuntut
ilmu. Para malaikat akan membentangkan sayap rahmatnya bagi para penuntut ilmu.
Kalau disebutin semua nggak akan habis-habis.
Nah, tarbiyah pun tidak berbeda, secara bahasa artinya pendidikan, masih
berlabel menuntut ilmu. Namun secara istilah, tarbiyah ini menuntut ilmu agama.
Tarbiyah lebih penting tetapi tidak selalu diprioritaskan dari kuliah.
Bagaimana mungkin ilmu yang kita pelajari disaat kuliah tidak didasari dengan
ilmu agama. Terkhusus di UNAND, tiga SKS selama empat tahun sangat kurang untuk
menuntut ilmu agama islam. Islam itu benar-benar luas ilmunya, tidak didzhalimi
siapa saja yang meluangkan waktunya untut tarbiyah. Demi Allah, tidak ada yang
dirugikan dalam tarbiyah. Kegiatan tarbiyah ini cukup banyak, seperti halaqah
atau liqa’ mingguan. Secara khusus untuk pribadi sendiri, personal tarbiyah
dapat dilakukan dengan membaca buku-buku ke islaman, membaca al-Quran,
menghadiri pengajian-pengajian umum. Bertanya tentang agama kepada teman yang
mungkin mampu menjawabnya. Atau tarbiyah dzatiyah.
Ukhuwah adalah sesuatu yang wajib, dan maksudnya disini ialah ukhuwah
islamiyah, bukan ukhuwah jahiliyah. Dosa yang tidak akan Allah lewatkan
sedikitpun hisabnya ialah dosa sesama makhluqNya. Sedangkan dosa hambaNya
terhadapNya seringkali dimaafkanNya. Aktivis yang memiliki hubungan buruk
dengan saudaranya sangat lanjut baca
tidak masuk akal kalau dia memang benar-benar tarbiyah. Sangat banyak adab-adab dalam berukhuwah. Menyapa, menjenguk bila ada yang sakit, saling memberi hadiah, mendo’akannya secara diam-diam, memaafkan kesalahan-kesalahannya, menjaga rahasianya, dan banyak lagi.
tidak masuk akal kalau dia memang benar-benar tarbiyah. Sangat banyak adab-adab dalam berukhuwah. Menyapa, menjenguk bila ada yang sakit, saling memberi hadiah, mendo’akannya secara diam-diam, memaafkan kesalahan-kesalahannya, menjaga rahasianya, dan banyak lagi.
Persoalan yang sebanarnya antara ketiga perkara di atas ialah, bagaimana
meng-combine semuanya, mengaturnya
agar seimbang dan menjaganya agar selalu lebih baik. Ada ikhwah yang bila
mendengar kata-kata kuliah, ia bermalas-malasan, merasa enggan tuk
menjalankannya. Sedangkan saat mendengar kata-kata rapat, ia langsung connect dan sangat istijabah
menyambutnya, apalagi kalau ada aksi-aksi keisalaman lainnya. Padahal kuliah
itu adalah sesuatu yang harus cepat ditunaikan, meninggalkan kuliah demi dakwah
adalah kesalahan yang sangat fatal. Padahal dengan tamat dari perkuliahan lebih
cepat, bisa lebih leluasa dalam berdakwah. Tidak lagi di bebani dengan tugas-tugas
perkuliahan dan praktikum-praktikum.
Sebaliknya, ada juga yang malas tarbiyah dan study oriented, kapan lagi mau mencari pengalaman berdakwah kalau
tidak dikampus? Kalau sudah tamat nantinya, hanya tinggal memetik buah yang
sudah ditanam, hanya tinggal melanjutkan dakwah, tidak memulai dari nol.
Bagaimana dengan ukhuwah? Ukhuwah ini sangat erat hubungannya dengan kuliah
apalagi tarbiyah. Ukhuwah yang baik akan lahir dari tarbiyah yang baik pula,
dang tanpa ukhuwah islamiyah, kuliahpun tidak akan tenang. Ada saja yang akan
mengganjal pemikiran bila ada relasi yang tidak baik dengan saudara-saudara
yang lain.
Dalam perkuliahan, sangat dibutuhkan ukhuwah yang baik dalam sesama.
Karena salah satu adab dalam menuntut ilmu itu ialah ash shuhbu, wa rifqah, teman kerabat. Perlu pendamping atau teman
dalam menuntut ilmu yang nantinya akan mengoreksi ataupun saling berbagi ilmu.
Seperti Nabi Musa as., ia memohon do’a
kepada Allah agar diberi teman yang akan memudahkan urusannya dan membenarkan
lisannya. Jadilah Nabi Harun sebagai temannya dalam mendakwahi umatnya.
Mungkin itulah yang harus kita sadari bersama, bahwa di setiap pundak
manusia itu telah diletakkan beban dakwah, untuk menunaikannya, kita perlu
menuntut ilmu dengan kuliah, ilmu islam dengan tarbiyah, dan menjalin ukhuwah
sesama. Rasulullah tidak akan sukses berdakwah sendirian. Beliau membutuhkan
sahabat yang ikhlas mengikutinya dan membelanya.
Mungkin banyak yang tidak tersampaikan, wallahu a’lam...
Comments
Post a Comment
Klik identitas Name/URL untuk comment, bila tdk ada akun google