Antum pasti pernah merasakan
suatu kerinduan yang amat sangat, kerinduan yang muncul dengan sendirinya
karena telah berpisah dengan sesuatu yang dirindui. Kerinduan yang tak mudah
dilepaskan dari tancapannya di hati, sebab masih ada seutas tali yang mengikatnya, yang masih berharap kenangan itu takkan pergi. Kadang air mata pun ikut serta
mengenangnya. Itulah dia, rindu kepada iman, iman yang dulunya terus meninggi
tumpukannya, kini telah disapu angin ke-futur-an. Sungguh sulit mengemasinya
untuk kembali ke hati, kembali menghiasi diri, kembali mencerahkan wajah dengan
sinarnya, kembali menjaga kita dari buruknya prilaku, kembali menumbuhkan rasa
takut dan harap pada Allah, kembali menggetarkan hati di saat-saat bermunajat
padaNya.
Itulah luapan hati yang ingin
berubah dan kembali ke fitrahnya, untunglah bagi antum yang masih bisa merasakannya.
Bagi yang tidak? Masih adakah celah putih di balik noda hitam di hatinya?
Sehingga tidak ada lagi kepekaan terhadap kemunkaran?
Ana pernah terkesan dengan sms dari sahabat RAIS yang menjadi sumber inspirasi untuk menulis tulisan kali ini, sms nya : "Assalamu'alaikum mad.. Baru aja ana buka blog antum, rindu PIAR ana dibuatnya.. amazing.. incredible.." Ana balas "Wa'alaikumussalam, alhamdulillah, semoga bermanfaat. Apanya yang membuat antum rindu PIAR?" Dia balas lagi "Sangat bermanfaat insyaallah, yang video itu mad.. Benar-benar menghanyutkan ana kembali ke masa-masa militansi kemusliman yang tangguh, dikeliingi oleh orang-orang yang luar biasa, nikmat yang tak ana temui lagi kini... begitu menyentuh, secara tidak langsung mengingatkan dan menegur ana untuk segera mengemasi kembali kondisi kemusliman ana kini.. Subhanallah.." Sontak hati ana pun berdesir dan sangat cepat ana langsung terbayang kondisi kemusliman ana dulu, dikelilingi ustadz-ustadz yang luar biasa, adik-adik yang juga subhanallah. Kondisi yang memang sangat jarang ditemui lagi. Pilunya.. Tapi memang itulah intinya. Tujuan kita disana (PIAR) adalah untuk disini!
Dengan tulisan ini ana berusaha untuk merangkul diri ana sendiri beserta sahabat-sahabat seperjuangan dan terkhusus generasi pertama untuk kembali kita perbaiki layar kapal yang mungkin sudah banyak robek karena dahsyatnya badai yang menerjang. Mari kita turunkan jangkar sejenak, kita renungi apa yang telah terjadi pada diri kita selama ini. Dengan apa kita isi waktu-waktu yang akan kita pertanggungjawabkan. Kalau gambaran versi Ustadz Salim A Fillah, semua yang kita lakukan di dunia ini dicatat oleh malaikat dalam sebuah buku amal, bukan berarti buku itu hanya berupa lembaran-lembaran yang berisi list amalan kita, melainkan buku yang canggih. Buku yang bisa mencatat audio sekaligus visualnya
secara bersamaan atau kita sebut saja dengan video. Yang nanti akan ditayangkan dengan proyektor raksasa yang dapat ditonton oleh umat manusia seluruh alam. Setiap orang akan melihat, murabbi/ah, saudara, abi, ummi, ustadz, teman-teman, Rasulullah yang antum mengaku mencintaiya pun akan melihat. Sejak zaman dahulu sampai hari kiamat di yaumul hisab. Yang mendapat giliran videonya ditayangkan memiliki ekspresi yang bervariasi pula.. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada juga yang sampai pinggang, ada juga yang sampai leher, bahkan ada yang terbenam dalam keringatnya, karena saking malunya, malu karena semua orang melihat kelakuannya selama di dunia. Jadi, durasi video yang panjang itu diisi dengan apa?? Kebaikan kah? Atau maksiat? Na'udzubillah..
Bagaimana cara menjemput kembali iman yang berceceran di sepanjang jalan perjuangan? Mungkinkah antum berbalik arah dan memungut kembali yang tertinggal? Jawabannya YA, kenapa tidak? Melangkah mundur sampai start pun tidak masalah, asalkan memiliki 'azzam yang kuat, mundur bukanlah masalah. Toh buktinya kalau hafalan sudah samar-samar, untuk muraja'ah kembali pasti antum akan kembali membuka lembaran-lembaran sebelumnya untuk menjemput yang terlupa. Atau kalau ada beberapa juz hafalannya hilang sama sekali, memang harus dihafal kembali, mundur sampai start! Bila perlu antum juga harus membawa lagi buku-buku catatan fiqh, tafsir, hadist bahkan bahasa arab sekaligus lantaran sudah banyak yang terlupakan sedangkan teman-teman kita banyak yang menanyakan. Ana sudah melakukannya! Karena beberapa pertanyaan teman-teman di kampus kini, beberapa hanya bisa dijawab "Saya lupa.. Nanti saya baca lagi". Seandainya bisa dijawab at that time, yang bertanya pasti lebih yakin daripada kita menjawabnya dikemudian hari. Masalah hafalan? Memang harus dipaksakan, memang butuh banyak pengorbanan, harus ada waktu yang harus dikorbankan untuk muraja'ah apalagi menambah hafalan. Kalau menjadi sambilan tanpa tekad yang kuat mendasar, hasilnyapun juga akan sambilan mampir di jiwa. Nikmat dan asyiknya ber-muraja'ah ria juga takkan terasa. Padahal rasa itulah yang membuat para penghafal Quran bisa bertahan. Bila memang ingin berubah, harus sabar dalam menjalani perubahan. Bukalah jalan baru dan laluilah! Laluilah dengan sabar walau jalan itu dipenuhi ranjau dan berlumpur. Dan katakanlah "No way!! Except this way!!"
Sekedar memancing, melirik apa yang pernah terjadi dan yang perlu direnungkan agar dapat terulangi. Momen-momen yang paling dirindukan. Agar kita mengingat suasananya, yang akan menyulut api haroki kita untuk berlari kembali pada jalanNya. Masihkah...?
Masihkah dapat ditemui orang yang berani keluar tenda ditengah hutan saat mukhayyam, untuk mengambil wudhu di tepi sungai dan qiyamullail sendirian dilapangan yang gelap yang bahkan cahaya bulan pun tak ada?
Masihkah akan mendengar senandung-senandung harian dengan al-Quran? Di saat orang-orang menyenandungkan nasyid sambil beraktivitas, ia justru muraja'ah sambil beraktivitas. Di saat orang-orang berlagu cinta untuk meredam gejolak hatinya, ia justru menyenandungkan "zuyyina linnaasi hubbus syahwaati minan nisaa'i wal baniina...".
Masihkah akan menemui adik kelas yang setiap lantunan tilawahnya menggetarkan jiwa, menitiskan air mata, kerna indahnya irama dan suaranya..
Masihkah akan bertemu dengan orang yang tingkatan ukhuwahnya begitu tinggi, yang selalu membantu urusan teman semampunya? Serta memiliki sifat itsar yang memesona lagi mulia? Bahkan mau mengorbankan waktunya untuk mendengarkan setoran hafalan temannya lebih dari lima juz dalam semalam.
Masihkah dapat mencucurkan air mata sepuasnya ketika shalat berjama'ah di sepuluh malam terakhir Ramadhan..?
Masihkah bisa mengkhatam al-Quran sampai lima kali di bulan Ramadhan?
Masihkah dapat bermakmum bersama ustadz yang bacaannya sangat indah? Yang memenuhi hak-hak setiap huruf dan menghilangkan kantuk serta membuat kita betah beridiri shalat dibelakangnya hingga azan subuh berkumandang.
Masihkah dapat bertemu dengan orang yang begitu kuat, fisiknya.. berotot dan tidak takut dengan siapapun. Namun di saat terjadi gempa ternyata hatinya yang paling lunak, bahkan ia menangis.
Dan masih banyak warna-warni yang terjadi lagi..
Ada pula yang menurut ana lucu -nggk tau kalau diceritakan lucu atau tidak, pokoknya setiap ana mengingat kejadian ini, ana tertawa sendiri- yang setiap mendapatkan ilmu baru, langsung diamalkan. Di saat khutbah jum'at, san g khatib sangat menyala-nyala menyampaikan khutbahnya. Yang intinya ada pada hadits "Man tasyabbaha biqoumin, fa huwa minhum" Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongannya, menyerupai dalam segi berpakaian, berhias dan lain-lain. Sebut saja namanya Azka (emang namanya kok), sorenya ia sedang bermain bola bersama teman-temannya dilapangan, dan banyak yang menonton. Saat sedang menggiring bola, tiba-tiba ia teringat dan meneriakkan hadits tersebut, lalu berkata sambil bergurau "Main bola ini haram! Orang kafir juga melakukannya seperti ini! Kita harus beda, seperti ini!" Sambil menunduk untuk mengoper bola menggunakan tangannya, bola dipukul sekuat mungkin! Ditambah lagi, semua pemain juga seperti itu, semua penonton tak dapat menahan tawanya. Akhirnya kaki hanya digunakan untuk menggiring bola saja, selebihnya dengan tangan. Permainan pun tetap seru dan dilanjutkan seperti itu. Tapi permainan seperti ini cuma bercanda lho... mereka tidak se-extrim itu..
Janganlah larut dalam kebathilan, apalagi sampai menikmatinya. Semua itu hanya membuat pikiran kacau balau, lidah yang sudah fasih dalam tilawah menjadi terbata-bata, hafalan yang sudah menggunung malah terkikis, bahkan lebih buruk lagi longsor semua... -_-' . Akhlaq mulia yang dulu menjadi pakaian putih bersih sudah dihinggapi noda membandel yang bycleanpun tak mampu melunturkannya, memang harus dijahit dan dirajut ulang untuk mendapatkannya lagi.
Tarik nafas panjaaang... keluarkan dari mulut. Dan Takbir!! Semoga pikiran kita menjadi lebih segar sekarang. Nah itulah dia, tunggu apa lagi? Mulai berkemas dari kini, gapai kembali hawa keislaman yang pernah memuncak, sehingga tertoreh kembali wajah kesholehan. Bersinar dan menyinari serta berkilau tanpa menyilaukan, yang membuatmu mampu menuliskan naskah skenario kehidupan dalam jejak-jejakmu! Singkap semua noda yang menutup cahaya hatimu!!
Ana pernah terkesan dengan sms dari sahabat RAIS yang menjadi sumber inspirasi untuk menulis tulisan kali ini, sms nya : "Assalamu'alaikum mad.. Baru aja ana buka blog antum, rindu PIAR ana dibuatnya.. amazing.. incredible.." Ana balas "Wa'alaikumussalam, alhamdulillah, semoga bermanfaat. Apanya yang membuat antum rindu PIAR?" Dia balas lagi "Sangat bermanfaat insyaallah, yang video itu mad.. Benar-benar menghanyutkan ana kembali ke masa-masa militansi kemusliman yang tangguh, dikeliingi oleh orang-orang yang luar biasa, nikmat yang tak ana temui lagi kini... begitu menyentuh, secara tidak langsung mengingatkan dan menegur ana untuk segera mengemasi kembali kondisi kemusliman ana kini.. Subhanallah.." Sontak hati ana pun berdesir dan sangat cepat ana langsung terbayang kondisi kemusliman ana dulu, dikelilingi ustadz-ustadz yang luar biasa, adik-adik yang juga subhanallah. Kondisi yang memang sangat jarang ditemui lagi. Pilunya.. Tapi memang itulah intinya. Tujuan kita disana (PIAR) adalah untuk disini!
Dengan tulisan ini ana berusaha untuk merangkul diri ana sendiri beserta sahabat-sahabat seperjuangan dan terkhusus generasi pertama untuk kembali kita perbaiki layar kapal yang mungkin sudah banyak robek karena dahsyatnya badai yang menerjang. Mari kita turunkan jangkar sejenak, kita renungi apa yang telah terjadi pada diri kita selama ini. Dengan apa kita isi waktu-waktu yang akan kita pertanggungjawabkan. Kalau gambaran versi Ustadz Salim A Fillah, semua yang kita lakukan di dunia ini dicatat oleh malaikat dalam sebuah buku amal, bukan berarti buku itu hanya berupa lembaran-lembaran yang berisi list amalan kita, melainkan buku yang canggih. Buku yang bisa mencatat audio sekaligus visualnya
secara bersamaan atau kita sebut saja dengan video. Yang nanti akan ditayangkan dengan proyektor raksasa yang dapat ditonton oleh umat manusia seluruh alam. Setiap orang akan melihat, murabbi/ah, saudara, abi, ummi, ustadz, teman-teman, Rasulullah yang antum mengaku mencintaiya pun akan melihat. Sejak zaman dahulu sampai hari kiamat di yaumul hisab. Yang mendapat giliran videonya ditayangkan memiliki ekspresi yang bervariasi pula.. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada juga yang sampai pinggang, ada juga yang sampai leher, bahkan ada yang terbenam dalam keringatnya, karena saking malunya, malu karena semua orang melihat kelakuannya selama di dunia. Jadi, durasi video yang panjang itu diisi dengan apa?? Kebaikan kah? Atau maksiat? Na'udzubillah..
Bagaimana cara menjemput kembali iman yang berceceran di sepanjang jalan perjuangan? Mungkinkah antum berbalik arah dan memungut kembali yang tertinggal? Jawabannya YA, kenapa tidak? Melangkah mundur sampai start pun tidak masalah, asalkan memiliki 'azzam yang kuat, mundur bukanlah masalah. Toh buktinya kalau hafalan sudah samar-samar, untuk muraja'ah kembali pasti antum akan kembali membuka lembaran-lembaran sebelumnya untuk menjemput yang terlupa. Atau kalau ada beberapa juz hafalannya hilang sama sekali, memang harus dihafal kembali, mundur sampai start! Bila perlu antum juga harus membawa lagi buku-buku catatan fiqh, tafsir, hadist bahkan bahasa arab sekaligus lantaran sudah banyak yang terlupakan sedangkan teman-teman kita banyak yang menanyakan. Ana sudah melakukannya! Karena beberapa pertanyaan teman-teman di kampus kini, beberapa hanya bisa dijawab "Saya lupa.. Nanti saya baca lagi". Seandainya bisa dijawab at that time, yang bertanya pasti lebih yakin daripada kita menjawabnya dikemudian hari. Masalah hafalan? Memang harus dipaksakan, memang butuh banyak pengorbanan, harus ada waktu yang harus dikorbankan untuk muraja'ah apalagi menambah hafalan. Kalau menjadi sambilan tanpa tekad yang kuat mendasar, hasilnyapun juga akan sambilan mampir di jiwa. Nikmat dan asyiknya ber-muraja'ah ria juga takkan terasa. Padahal rasa itulah yang membuat para penghafal Quran bisa bertahan. Bila memang ingin berubah, harus sabar dalam menjalani perubahan. Bukalah jalan baru dan laluilah! Laluilah dengan sabar walau jalan itu dipenuhi ranjau dan berlumpur. Dan katakanlah "No way!! Except this way!!"
Sekedar memancing, melirik apa yang pernah terjadi dan yang perlu direnungkan agar dapat terulangi. Momen-momen yang paling dirindukan. Agar kita mengingat suasananya, yang akan menyulut api haroki kita untuk berlari kembali pada jalanNya. Masihkah...?
Masihkah dapat ditemui orang yang berani keluar tenda ditengah hutan saat mukhayyam, untuk mengambil wudhu di tepi sungai dan qiyamullail sendirian dilapangan yang gelap yang bahkan cahaya bulan pun tak ada?
Masihkah akan mendengar senandung-senandung harian dengan al-Quran? Di saat orang-orang menyenandungkan nasyid sambil beraktivitas, ia justru muraja'ah sambil beraktivitas. Di saat orang-orang berlagu cinta untuk meredam gejolak hatinya, ia justru menyenandungkan "zuyyina linnaasi hubbus syahwaati minan nisaa'i wal baniina...".
Masihkah akan menemui adik kelas yang setiap lantunan tilawahnya menggetarkan jiwa, menitiskan air mata, kerna indahnya irama dan suaranya..
Masihkah akan bertemu dengan orang yang tingkatan ukhuwahnya begitu tinggi, yang selalu membantu urusan teman semampunya? Serta memiliki sifat itsar yang memesona lagi mulia? Bahkan mau mengorbankan waktunya untuk mendengarkan setoran hafalan temannya lebih dari lima juz dalam semalam.
Masihkah dapat mencucurkan air mata sepuasnya ketika shalat berjama'ah di sepuluh malam terakhir Ramadhan..?
Masihkah bisa mengkhatam al-Quran sampai lima kali di bulan Ramadhan?
Masihkah dapat bermakmum bersama ustadz yang bacaannya sangat indah? Yang memenuhi hak-hak setiap huruf dan menghilangkan kantuk serta membuat kita betah beridiri shalat dibelakangnya hingga azan subuh berkumandang.
Masihkah dapat bertemu dengan orang yang begitu kuat, fisiknya.. berotot dan tidak takut dengan siapapun. Namun di saat terjadi gempa ternyata hatinya yang paling lunak, bahkan ia menangis.
Dan masih banyak warna-warni yang terjadi lagi..
Ada pula yang menurut ana lucu -nggk tau kalau diceritakan lucu atau tidak, pokoknya setiap ana mengingat kejadian ini, ana tertawa sendiri- yang setiap mendapatkan ilmu baru, langsung diamalkan. Di saat khutbah jum'at, san g khatib sangat menyala-nyala menyampaikan khutbahnya. Yang intinya ada pada hadits "Man tasyabbaha biqoumin, fa huwa minhum" Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongannya, menyerupai dalam segi berpakaian, berhias dan lain-lain. Sebut saja namanya Azka (emang namanya kok), sorenya ia sedang bermain bola bersama teman-temannya dilapangan, dan banyak yang menonton. Saat sedang menggiring bola, tiba-tiba ia teringat dan meneriakkan hadits tersebut, lalu berkata sambil bergurau "Main bola ini haram! Orang kafir juga melakukannya seperti ini! Kita harus beda, seperti ini!" Sambil menunduk untuk mengoper bola menggunakan tangannya, bola dipukul sekuat mungkin! Ditambah lagi, semua pemain juga seperti itu, semua penonton tak dapat menahan tawanya. Akhirnya kaki hanya digunakan untuk menggiring bola saja, selebihnya dengan tangan. Permainan pun tetap seru dan dilanjutkan seperti itu. Tapi permainan seperti ini cuma bercanda lho... mereka tidak se-extrim itu..
Janganlah larut dalam kebathilan, apalagi sampai menikmatinya. Semua itu hanya membuat pikiran kacau balau, lidah yang sudah fasih dalam tilawah menjadi terbata-bata, hafalan yang sudah menggunung malah terkikis, bahkan lebih buruk lagi longsor semua... -_-' . Akhlaq mulia yang dulu menjadi pakaian putih bersih sudah dihinggapi noda membandel yang bycleanpun tak mampu melunturkannya, memang harus dijahit dan dirajut ulang untuk mendapatkannya lagi.
Tarik nafas panjaaang... keluarkan dari mulut. Dan Takbir!! Semoga pikiran kita menjadi lebih segar sekarang. Nah itulah dia, tunggu apa lagi? Mulai berkemas dari kini, gapai kembali hawa keislaman yang pernah memuncak, sehingga tertoreh kembali wajah kesholehan. Bersinar dan menyinari serta berkilau tanpa menyilaukan, yang membuatmu mampu menuliskan naskah skenario kehidupan dalam jejak-jejakmu! Singkap semua noda yang menutup cahaya hatimu!!
selalu istiqamah dan istiqamah selalu ...
ReplyDeletetapi tidak mudah
mari qt pupuk kerinduan ini...hingga indah pda waktunya..n__n
ReplyDelete"hingga indah pada waktunya"??
ReplyDelete:-/
=((
ReplyDeletex( x(
ReplyDelete:)) :))
:p :p
artinya ngantuk ya?
ReplyDelete:-t
mungkin ia bi..
ReplyDeletebisa juga minta maaf.. :D
subhanallah...sangat menyentuh..:)
ReplyDeletealhmdulillah...
ReplyDeletetulisan ana bisa mnyntuh..
smga mnyntuh bnyk org lg..:((
mnk_hj_2011 : kepuasan cinta yg pernah kugapai telah luntur kini bersemi kemabali stelah mengkaji blok ini.cintasuci kepada illahi.allohuakbaar
ReplyDeletemaaf kuhaturkan kesemua jamaah haji kloter gabungan kaltim n padang 1431 terutama kepada pemuka2 kloter
ReplyDeleteAllohuAkbaar.Semoga Alloh mengijinkan kita kembali ke tanah suci bersama-sama lagi ntuk menunaikan ibadah haji, amiin.
ReplyDelete